Situs Islam: Klub Sekolah Mentoring Agama Islam

Archive for June, 2008

I M A N

Posted by WD on June 21, 2008


Karakter Iman

Ada dua hal yang perlu dipahami ketika membahas masalah keimanan. Pertama, karakter iman; kedua, karakter hati sebagai wadah bersemayamnya iman. Iman mempunyai karakter yang fluktuatif, terkadang naik dan tinggi, tetapi terkadang juga turun dan rendah.

“Iman itu bisa bertambah bisa berkurang, maka perbaharuilah imanmu dengan Laa Ilaaha Illallah” (HR Ibnu Islam)

Sedangkan hati sebagai wadahnya iman memiliki karakter terbolak balik dan tidak tetap. Hati atau kalbu berasal dari bahasa Arab, Qolbu. Qolbu sendiri berasal dari kata qolaba – yanqolibu – qolbun; yang artinya terbolak-balik. Maka Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Ya Allah, Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan, tetapkanlah hatiku di dalam dien-Mu dan di dalam ketaatan pada-Mu”

Dari kedua karakteristik di atas, iman dan hati, membuat kita tak pernah boleh yakin dan puas akan kadar keimanan kita yang kita miliki sekarang. Setidaknya tumbuh dua perasaan, harap dan cemas di dalam hati kita. Harapan agar kelak Allah mematikan kita dalam keimanan yang tinggi dan benar. Cemas dan takut kalau Allah mematikan kita dalam kondisi keimanan sedang menurun.

Hakikat Iman

“Iman adalah membenarkan di dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan rukun-rukunnya”

Iman bukanlah angan-angan. Melainkan apa yang tertanam menghunjam di dalam sanubari dan dibenarkan oleh amal perbuatan. Bukan semata-mata teori, sebagai konsumsi otak, yang sinarnya tidak sampai menembus hati dan tidak dapat menggerakkan iradah (keinginan). Iman juga bukan sesuatu yang menjejali ingatan dengan istilah-istilah seperti: robb, ilah, dien, ibadah, tauhid, thogut, dsb. Lalu merasa bangga dan hebat karena sudah menguasai artinya. Hampir semua nash Al-Quran dan Hadist selalu mengaitkan keimanan dengan amal.

“Orang-orang mukmun itu hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tak ragu sedikitpun dan mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Mereka inilah orang-orang yang benar/jujur” (49:10)

Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah SAW: “ Tiga golongan yang merasakan manisnya iman: (1) mencintai Allah dan rasul-Nya, melebihi dari kecintaan kepada yang lainnyta, (2) mencintai orang lain hanya karena Allah dan (3) merasa benci kembali pada kekufuran setelah diselamatkan Allah, sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam neraka” (HR Bukhari Muslim)

Imam syahid Hasan al-Banna berkata:

“Datangkan kepadaku 12 ribu orang yang benar-benar beriman, agar kutundukkan pegunungan, kubelah samudera dan lautan, dan kubuka negeri-negeri bersama mereka

Keimananlah yang menjadi motivator manusia untuk melakukan perbuatan. Baik buruknya perbuatan manusia tergantung pada baik buruknya keimanan. Kondisi iman yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk. Kondisi iman yang baik akan melahirkan perbuatan yang baik pula.

Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal). Keimanan itu merupakan akidah dan pokok. Amal itu merupakan syariat dan cabang-cabangnya yang dianggap sebagai buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu. Keimanan dan amal adalah akidah dan syariat, keduanya sambung menyambung, tidak dapat berpisah satu dengan yang lain. Keduanya seperti buah dengan pohonnya, seperti musabab dengan sebabnya atau seperti natijah (hasil) dengan mukadimah (pendahuluannya).

Mengapa orang yang beriman beruntung?

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman” (23:1)

Allah menjanjikan keberuntungan yang besar bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

1. Diberikan ganjaran syurga yang abadi

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan bahwasanya mereka itu akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir beberapa sungai” (2:25)

2. Dilimpahkan ketenangan hati dan kebahagiaan hidup

Kebahagiaan dan ketenangan sejati tak dapat diperoleh dengan harta, tempat tinggal, pakaian ataupun perhiasan. Tetapi kebahagiaan itu diperoleh dari dalam diri sendiri dan dari perasaan iman dan taqwa kepada Allah. Karena Allah-lah yang mengaruniai kebahagiaan. Karena itu beruntunglah orang yang bertaqwa dan beriman kepada Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih maka Tuhan yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (19:96)

Iman dan Kebanggaan

“Jangan kamu merasa hina dan susah, kamu adalah orang-orang yang lenih tinggi kalau sekiranya kamu benar-benar BERIMAN” (3:139)

Umat Islam akan menjadi lebih tinggi derajatnya ketika mereka beriman. Imanlah yang akan melepaskan ikatan manusia dengan hawa nafsu dan thogut. Hanya mengabdi kepada Allah SWT. Dengan beriman kita menjadi umat yang merdeka. Ingat bahwa kemerdekaan adalah bebasnya hati dari ikatan thogut dan hawa nafsu meski secara fisik diikat atau di penjara. Sebaliknya manusia akan terus terjajah selama ia masih tunduk atas hawa nafsu dan thogut meski secara fisik ia adalah seorang raja. Iman di hati menjadi kebanggaan sekaligus menjadi syarat kejayaan umat. (Jundia)

Posted in Senior | Tagged: , | Leave a Comment »

Hakikat Ukhuwah Islamiyah

Posted by WD on June 21, 2008


“Tidak (sempurna) iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya itu seperti ia mencintai dirinya sendiri”

(HR Bukhari – Muslim)

Ukhuwah (persaudaraan) Islam merupakan salah satu kekuatan yang harus dibangun agar umat Islam mencapai kemenangan dan menegakkan kedaulatannya. Di atas prinsip inilah Rasulullah meyempurnakan shaff barisan kaum muslimin setelah mendasarinya dengan aqidah yang bersih. Maka menciptakan ukhuwah Islamiyah di dalam tubuh umat ini merupakan tujuan yang suci.

Pada hakikatnya ukhuwah Islamiyah merupakan cahaya Robbani (Minhatun Robbaniyyah), nikmat dari Ilahi (Nikmatun Ilahiyah) [QS 3:103], sekaligus bukti kekuatan keimanan (Quwwatun Imaniyah) [QS 49:10] bagi orang-orang yang ikhlas (mukhlish) dan terus-menerus menambah dan memperbaiki imannya

Berdasar pada ketiga hal di atas, sebuah hubungan persaudaraan akan membekas sampai ke hati yang paling dalam. Bahkan akan mewarnai jiwa secara keseluruhan. Itulah yang disebut celupan persaudaraan (ash-Shibgotul ikhowiyah) yang hanya dapat dibangun di atas dasar keimanan yang dalam. Sehingga hubungan persaudaraan dan persahabatan akan terjalin secara benar, jujur, dan ikhlas. Tanpa keterpaksaan apalagi kesungkanan.

Celupan persaudaraan itu mencakup dalam dua aspek: Pertama, sikap atau perilaku yang positif; Kedua, perasaan atau mental yang positif.

Sikap atau perilaku

Beberapa hal yang harus terlihat sebagai hasil celupan ukhuwah dan keimanan di dalam sikap adalah:

· Sikap bersaudara atau menganggap sebagai saudara (Ikhowii)

· Bersikap lembut (‘Athifah)

· Mencintai karena Allah (Mahabbah)

· Menghormati (Ihtirom)

· Menaruh kepercayaan (Tsiqoh)

Perasaan atau mental

Beberapa hal yang harus terlihat sebagai hasil celupan ukhuwah dan keimanan dalam perasaan (hati) adalah:

· Rasa atau keinginan untuk saling menolong (Ta’awun)

· Mendahulukan kepentingan saudaranya (I’tsar)

· Menunjukkan rasa kasih sayang (Rohmah)

· Saling melengkapi kekurangan saudaranya; sinergis (Takaaful)

· Rasa saling memaafkan (Ta’afu)

Semua sikap positif di atas merupakan hal yang lazim dalam keimanan. Artinya persaudaraan (ukhuwah) sebenarnya merupakan konsekuensi sebuah keimanan. Tidak ada persaudaraan (sejati) tanpa keimanan, dan tidak ada keimanan tanpa adanya persaudaraan. Jika kita mendapati suatu persaudaraan yang tidak dilandasi keimanan, maka kita akan mendapati bahwa persaudaraan itu tidak akan membawa kemaslahatan dan manfaat yang saling timbal balik. Sekiranya semua hal di atas (sikap dan perasaan) telah dilaksanakan, maka umat yang beriman akan sangat mudah dipersatukan. Karena pemersatu yang terbaik harus sampai dapat menyatukan hatinya. Tidak ada persatuan hati yang sejati kecuali dilandasi di atas kesamaan iman dan aqidah

Persatuan yang dimaksud di sini adalah terjadinya keterikatan dan keterkaitan hati yang timbal balik diantara saudara. Ikatan hati seperti itu tidak mungkin terjadi bila yang mendasarinya adalah kekuatan materi atau kepentingan lainnya. Ikatan hati hanya akan terwujud dengan kekuatan aqidah dan persaudaraan yang sejati (QS 8:63). Ikatan yang kuat yang berdiri di atas benarnya aqidah inilah yang akan kekal selamanya sampai ke akhirat (QS az-Zukhruf: 67).

Persaudaraan (ukhuwah) yang telah dijelaskan di atas itulah yang hakiki. Persaudaraan, persahabatan dan percintaan yang didasarkan di atas kesamaan dan kepahaman aqidah keislaman (QS 49:10-13).

Jundia

Posted in Senior | Tagged: , , | Leave a Comment »

2. Ikhlassunniyah

Posted by WD on June 21, 2008


TUJUAN :

Ø Peserta memahami makna ikhlassunniyah baik secara bahasa maupun istilah

Ø Peserta memahami pentingnya ikhlassunniyah dalam beramal

Ø Peserta mengetahui cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas

RINCIAN BAHASAN

Secara bahasa ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. Sedangkan niat berarti al-qoshdu artinya, maksud atau tujuan. Ikhlassunniyah berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah azza wajalla sebagai tujuan dalam berbuat. Allah telah memerintahkan kita untuk ikhlas dalam beramal dan beribadah kepadanya seperti yang tercantum dalam QS.98:5; 7:29; 18:110.

Pentingnya Ikhlassunniyah

1. Merupakan ruhnya amal karena seperti badan yang tidak ada ruhnya, maka tanpa ikhlas amal; sebagus apapun tidak ada artinya.

2. Salah satu syarat diterimanya amal.”Allah azza wajalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhoannya semata”(HR.Abu Daud dan Nasai)

3. Syarat diterimanya amal atau perbuatan:

¨ Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya

¨ Ikhlas dalam berniat

¨ Sesuai dengan syariat Islam(al-Qur’an dan Sunnah)

4. Penentu nilai/kualitas suatu amal (QS.4:125),”Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju ridho Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.”(HR.Bukhari- Muslim)

5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah (QS.2:262; 4:145-146).

Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas

1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal

2. Menambah pengetahuan tentang Allah swt dan hari kiamat. Dengan mengetahui ilmu tentang-Nya, maka seseoang mengenal Allah swt dengan sebenar-benarnya tentulah tidak akan berani berbuat syirik (menyekutukan Allah dengan selain-Nya di dalam niatnya). Ia juga akan mempertimbangkan amal-amalnya dan balasannya nanti di akhirat.

3. Memperbanyak membaca/berinteraksi dengan al-Qur’an, karena al-Quran adalah penyembuh dari segala penyakit dalam dada (QS.10:57) termasuk penyakit riya, ujub, dan sum’ah.

4. Memperbanyak amal-amal rahasia, sehingga kita terbiasa untuk beramal karena Allah semata tanpa diketahui orang lain.

5. Menghindari / mengurangi saling memuji, karena dengan pujian terkadang orang jadi lalai hatinya dan menjadi sombong.

6. Berdoa, dengan tujuan agar selalu diberi keikhlasan dan dijauhi dari syirik. Doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw : “Allahumma innii a’udzubika annusyrikabika syaian a’lamuhu wa astaghfiruka lima laa a’lamuhu.” (Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari syirik kepada-Mu dalam perbuatan yang aku lakukan dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui.)

DISKUSI

Suatu ketika di sebuah kereta, Amin akan memberikan infaq kepada pengurus masjid yang mengumpulkannya lewat kotak-kotak yang disodorkan kepada para penumpang. Ketika kotak itu hampir mendekati tempat duduknya, ia mengurungkan niatnya memberikan infaq, karena takut riya kepada orang-orang di sekitarnya. Bagaimana menurut pendapatmu? Tepatkah yang dilakukan Amin tersebut?

REFERENSI

¨ Imam al-Ghazali,Ibnu Razab al-Hambali,dan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah,Pembersih Jiwa, Pustaka.

¨ Ibnu Taimiyah, Etika beramar ma’ruf nahi munkar,GIP.

¨ Panduan Aktivis Harokah,hal.42,al-ummah.

Meninggalkan AMAL karena manusia adalah riya.

Beramal karena manusia adalah syirik.

IKHLAS beramal adalah yang selamat dari keduanya.”

(Fudhail bin ‘Iyadh)

Posted in Senior | Tagged: | Leave a Comment »

1. Tawazun

Posted by WD on June 21, 2008


TUJUAN :

Ø Peserta memahami makna dan hakikat tawazun

Ø Peserta mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutu-hannya

Ø Peserta mengetahui contoh-contoh manusia yang tidak tawazun

RINCIAN BAHASAN

Tawazun artinya seimbang. Allah telah mengisyaratkan agar kita hidup seimbang, sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan. (QS.67:3)

Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah yang telah Allah tetapkan. Mustahil Allah menciptakan agama Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut (QS.30:30). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memilki naluri beragama (agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits,”Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”).

Sesuai dengan fitrah Allah,manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad (jasmani), al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS.55:7-9.

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing, yaitu sbb :

1. Jasmani

Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah swt,karena itu harus kita jaga . Dalam sebuah hadits dikatakan ,”Mu’min yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mu’min yang lemah.”(HR.Muslim), maka jasmani pun harus dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat. Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2. Akal

Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3. Ruh (hati)

Kebutuhannya adalah dzikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan ni’mat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan / ummatan wasathon (QS.2:143), yaitu umat yang seimbang.

Kebahagiaan pada diri manusia itu dapat berupa:

· Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS.13:28)

· Kebahagiaan dzahir/gerak, dalam bentuk kesetabilan, ketenangan ibadah, bekerja dan aktivitas lainnya.

Dengan menyeimbangkan dirinya, maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri ni’mat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun

· Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar).

· Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani/materi saja.

· Manusia Pantheis (kebatinan): bersandar pada hati/batinnya saja.

DISKUSI

1. Banyak artis yang hidup dengan kemewahan, namun akhirnya dia mati bunuh diri akibat over dosis obat-obatan terlarang (NAZA). Menurut kamu, apa sebenarnya arti kebahagiaan itu?

2. Sejujurnya, apakah kamu selama ini sudah hidup seimbang?

3. Coba diskusikan dengan temanmu, usaha-usaha apa saja yang sudah dan akan kamu lakukan agar hidup kamu seimbang?

REFERENSI

Al-Qadiry, Seimbanglah dalam Beragama,Jakarta:GIP

Silabus Materi Mentoring th 1994/1995

Posted in Senior | Tagged: | Leave a Comment »

Makan Berpahala

Posted by WD on June 21, 2008


1. Jangan lupa berdoa sebelum makan : “Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaa bannaar” (Ya Allah berilah berkat pada rizki yang Engkau berikan kepada kami dan lindungilah kami dari siksa neraka).

2. Memulai makan dengan membaca Bismillah, gunakan tangan kanan dan ambil dari yang dekat, Amru bin Abi Salamah r.a. berkata :”Rasulullah saw. mengajarkan kepada saya : ‘Bacalah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu dan dari yang dekat kepadamu’

(H.R. Bukhari Muslim)

3. Bila pada awal makan lupa membaca Bismillah, bacalah Bismillah awwalahu wa akhirohu (dengan nama Allah dari mula hingga akhir).

4. Jangan mencela makanan. Rasulullah bila suka pada makanan dimakannya. Jika tidak ditinggalkannya.

5. Jika diundang makan dan membawa teman (selain yang diundang) minta ijin dulu kepada tuan rumah.

6. Jangan mendominasi makanan kecuali kalau sudah diijinkan orang yang ikut makan.

7. Makan secara bersama-sama lebih mengenyangkan dan lebih diberkahi Allah. Abu Huraurah r.a. berkata Rasulullah saw. bersabda makanan dua orang mencukupi tiga orang dan makanan tiga orang cukup untuk empat orang.

(H.R. Bukhari Muslim)

8. Ambillah makanan dari yang terdekat dan jangan dari tengah-tengah hidangan.

9. Makruh makan sambil menyandar. Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah r.a. berkata : “Rasulullah bersabda ‘Saya tidak suka makan dengan menyandar’ “

(H.R. Bukhari)

10. Sunat makan dengan tiga jari dan membersihkan apa yang menempel di jari. Jabir r.a. berkata : “Rasulullah saw. menyuruh membersihkan sisa makanan yang di piring maupun yang di jari, sambil bersabda ‘Kamu tidak mengetahui di bagian manakah makananmu yang berkah’ “

11. Minumlah dua sampai tiga kali jangan sekaligus dan jangan meniup dalam minuman atau bernafas dalam gelas.

12. Bila minum secara bergiliran berikan kepada yang sebelah kanan terlebih dahulu

13. Makruh minum langsung dari mulut teko atau botol

14. Boleh minum sambil berdiri tapi lebih baik sambil duduk

15. Bila dalam suatu kesempatan kita melayani minuman bagi orang lain, hendaknya kita yang minum terakhir

16. Haram makan dan minum dengan memakai peralatan dari emas atau perak

17. Mengakhiri makan dan minum dengan do’a : “Alhamdulillahi ladzii ath’amanaa wa saqoonaa waja’alanaa minal muslimiin” (segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum dan menjadikan kami orang Islam)”

Posted in Suplemen | Tagged: | Leave a Comment »

Keutamaan Shalat Dhuha

Posted by WD on June 21, 2008


Keutamaan sholat dhuha dua rakaat :

1. Sebagai sedekah bagi 360 ruas tulang yang dimiliki setiap manusia

2. Pengganti tasbih, tahmid, takbir, menyuruh pada kebaikan, melarang k eburukan, menyingkirkan gangguan di jalan dan menanam dahak

3. Salah satu wasiat Rasulullah saw. kepada Abu Hurairah selain shaum 3 hari dalam setiap bulan dan mendirikan sholat witir sebelum tidur

(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Keutamaan sholat dhuha empat rakaat :

1. Memiliki keutamaan seperti di atas

2. Allah SWT. Akan mencukupi segala kebutuhan orang yang sholat dhuha empat rakaat ini pada sore harinya

3. Merupakan pahala yang lebih cepat dari perang yang tercepat sekalipun

4. Merupakan pahala yang lebih banyak dari rampasan perang yang terbanyak sekalipun

5. Merupakan pahala yang lebih segera daripada segeranya pulang dari perang yang tercepat sekalipun

(Hadits riwayat Thabarani)

Saudaraku seiman seislam,

Dikala banyak orang yang membunuh sunah Rasulullah saw., marilah kita bersama-sama menghidupkannya kembali. Seratus pahala mati syahid, itulah ganjarannya. Salah satu sunah Nabi saw. adalah senantiasa mendirikan sholat dhuha setiap hari, yang keutamaannya telah kita baca bersama. Keutamaan di atas adalah intisari dari hadits-hadits sebagai berikut :

1. Dari Abu Dzar r.a., katanya :

“Rasulullah saw. bersabda : ‘Hendaklah masing-masing dari kamu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah, dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.’ “

(Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Abu Daud)

2. Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Dalam tubuh manusia itu terdapat 360 ruas tulang. Ia diharuskan bersedekah untuk tiap ruas itu.” Para sahabat bertanya : “Siapa yang kuat melaksanakan itu, ya Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Dahak yang ada di masjid lalu ditutupi dengan tanah, atau menyingkirkan suatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah, atau sekiranya kuasa cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.”

3. Dari Nuwas bin Sam’an r.a. bahwa Nabi saw. bersabda : “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : ‘Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada permulaan siang (yaitu sholat dhuha), nanti akan Aku cukupi kebutuhannya pada sore harinya.’ “

(Diriwayatkan oleh Hakim dan Thabarani dan semua perawinya dapat dipercaya)

4. Dari Abdullah bin ‘Amr katanya : “Rasulullah saw. pernah mengirimkan sepasukan tentara lalu banyak mendapatkan harta rampasan dan cepat pulang. Orang-orang mempercakapkan cepatnya perang itu, banyaknya rampasan yang didapat dan segera kembali. Maka Rasulullah saw. bersabda :’Maukah kamu aku tunjukan sesuatu yang lebih cepat dari peperangan yang seperti itu, lebih banyak rampasan yang diperoleh bahkan lebih cepat pula pulangnya dari itu ? Yaitu seseorang yang berwudhu lalu pergi ke mesjid untuk bersholat sunat dhuha. Orang itulah yang lebih cepat perangnya, lebih banyak rampasannya dan lebih segera pulangnya.’ “

(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabarani; dan Abu Ya’la juga meriwayatkan seperti itu)

Posted in Suplemen | Tagged: | 1 Comment »