Situs Islam: Klub Sekolah Mentoring Agama Islam

Posts Tagged ‘ekonomi’

Kontribusi Ilmuwan Muslim Terhadap Ilmu Ekonomi

Posted by WD on October 25, 2008


Oleh: Muhammad Imaduddin *

A. Schumpeter (1954) menulis sebuah buku yang berjudul ‘History of Economic Analysis’, yang berisikan tentang pondasi dan pemikiran dasar ilmu ekonomi dan perkembangannya. Dalam bukunya tersebut, ia menjelaskan sejarah perkembangan ekonomi yang terjadi di dunia. Hal yang menarik adalah setelah akhir masa keemasan Graceo Roma di abad ke-8 Masehi, sangat sedikit sekali ditemukan pemikiran dan teori ekonomi yg signifikan dihasilkan, bahkan masa ini berjalan hingga abad ke-13 yang ditandai dengan masa St. Aquinas (1225-1274 M). Selama kurang lebih lima abad tersebut, tidak begitu banyak teori dan karya ekonomi yg dihasilkan oleh para pemikir di dunia barat. Schumpeter bahkan menyebutnya sebagai ‘Great Gap’, atau terjadi jurang atau jarak yang besar diantaranya.
>
Bila diteliti lebih dalam, ternyata pada saat tersebut adalah masa kegelapan dunia barat (dark age) terhadap dunia keilmuan dan sains. Pada saat itu pengaruh gereja (Church Father) sangatlah kental terasa, dimana mereka membatasi para ahli dan ilmuwan untuk menghasilkan karya ilmiah, termasuk karya di bidang ekonomi. Bahkan seseorang dapat dianggap membelot dari ajaran Tuhan bila bertentangan dengannya, dan hukuman mati pun akan diberikan padanya. Pada abad kegelapan tersebutlah, dunia barat mengalami kemunduran di bidang keilmuan.

Di sisi lain, ternyata abad kegelapan yang dialami oleh dunia barat justru berbanding terbalik dengan perkembangan keilmuan pada dunia Islam. Pada masa tersebut adalah masa keemasan umat Islam, dimana banyak para ilmuwan muslim berhasil memberikan karya-karya ilmiah yang signifikan, salah satunya dalam perkembangan dunia ilmu ekonomi. Banyak ilmuwan muslim yang menulis, meneliti, dan menghasilkan teori-teori ekonomi yang hasilnya hingga sekarang masih relevan untuk dipelajari dan diterapkan.

Beberapa ilmuwan muslim yang berhasil menghasilkan karya fenomenal pada teori ekonomi diantaranya adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnu Rushd, Ibnu Khaldun, Al Ghazali, dan masih banyak lagi. Ibnu Taimiyyah, misalnya, berhasil mengeluarkan teori yang dikenal dengan ‘price volatility’ atau naik turunnya harga di pasar. Dia menyatakan bahwa: “Sebab naik turunnya harga di pasar bukan hanya karena adanya ketidakadilan yang disebabkan orang atau pihak tertentu, tetapi juga karena panjang singkatnya masa produksi (khalq) suatu komoditi. Jika produksi naik dan permintaan turun, maka harga di pasar akan naik, sebaliknya jika produksi turun dan permintaan naik, maka harga di pasar akan turun.” Teori ini kalau kita kaji lebih dalam adalah menyangkut hukum permintaan dan penawaran (supply and demand) di pasar, yang kini justru secara ironi diakui sebagai teori yang berasal dari dunia barat.

Tokoh lainnya yang berhasil memberikan kontribusi besar adalah Ibnu Rushd (Aveorrus). Roger E. Backhouse (2002), menulis sebuah buku yang berjudul ‘The Penguin History of Economic, yang didalamnya memuat tentang karya yang dihasilkan oleh Ibnu Rushd. Ia menghasilkan sebuah teori dengan memperkenalkan fungsi keempat dari uang yaitu sebagai alat simpanan daya beli dari konsumen, yang menekankan bahwa uang dapat digunakan kapan saja oleh konsumen untuk membeli keperluan hidupnya. Sebelumnya, Aristoteles menyebutkan bahwa fungsi uang itu ada tiga, yaitu: sebagai alat tukar, alat untuk mengukur nilai, dan sebagai cadangan untuk konsumsi di masa depan.

Ibnu Rushd juga membantah Aristoteles tentang teori nilai uang, dimana nilainya tidak boleh berubah-ubah. Ibnu Rushd menyatakan bahwa uang itu tidak boleh berubah karena dua alasan, pertama, uang berfungsi sebagai alat untuk mengukur nilai, maka sama seperti Allah SWT yang Maha Pengukur, Dia pun tak berubah-ubah, maka uang sebagai pengukur keadaannya tidak boleh berubah. Kedua, uang berfungsi sebagai cadangan untuk konsumsi masa depan, maka perubahan padanya sangatlah tidak adil. Dari kedua alasan tersebut, maka sesungguhnya nilai nominal uang itu harus sama dengan nilai intrinsiknya.

Ahli lainnya adalah Ibnu Khaldun yang menghasilkan teori pengembangan dan pembangunan sosial dan ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan. Umer Chapra (2000), menyatakan bahwa Ibnu Khaldun berhasil memberikan pencerahan pada dunia ekonomi, dimana peran negara sangatlah penting dalam pembangunan sosial. Ibnu Khaldun menekankan bahwa syariah tidak akan tegak jika tidak melalui peran negara atau penguasa, negara tidak akan berjalan baik tanpa adanya implementasi hukum syariah. Negara atau pemerintahan tidak akan berjalan baik tanpa adanya orang (khalifah). Keberlangsungan orang tidak akan berjalan tanpa adanya kapital/harta (al maal). Harta didapatkan dari pembangunan yang signifikan (imarat), dan pembangunan tidak akan berjalan tanpa adanya keadilan, dan keadilan adalah salah satu kriteria manusia dihisab oleh Allah SWT. Maka, menurut Ibnu Khaldun penerapan syariah pada negara tidak akan tegak tanpa didasari oleh keadilan di bidang sosial dan ekonomi.

Tokoh selanjutnya adalah Al Ghazali yang menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu terdiri dari tiga, kebutuhan primer (darruriyyah), sekunder (hajiat), dan kebutuhan mewah (takhsiniyyat). Teori hirarki kebutuhan ini kemudian ‘diambil’ oleh William Nassau Senior yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari kebutuhan dasar (necessity), sekunder (decency), dan kebutuhan tertier (luxury). Al Ghazali juga menyatakan tentang tujuan utama dari penerepan syariah adalah masalah religi atau agama, kehidupan, pemikiran, keturunan, dan harta kekayaan yang bersangkutan dengan masalah ekonomi.

Masih banyak karya-karya lainnya yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim terhadap perkembangan ilmu ekonomi. Hal yang menyedihkan justru teori-teori mereka diklaim berasal dari barat, padahal kalau kita kaji teori ekonomi yang signifikan pada dunia barat, pertama kali dihasilkan oleh seorang profesor dari University of Glasgow yang bernama Adam Smith pada bukunya “An Inquiry Into The Nature and Cause Of The Wealth of Nations”. Buku tersebut dihasilkan pada abad ke-18, yang bahkan isinya banyak terdapat kemiripan dengan buku ‘Muqaddimah’ karya Ibn Khaldun yang dihasilkan beberapa abad sebelumnya.

Kontribusi besar para ilmuwan ekonomi Islam inilah yang harus kita jadikan acuan untuk terus belajar dan menghasilkan karya-karya signifikan, baik dalam bidang ilmu ekonomi, maupun ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan keahlian kita masing-masing. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan kita orang yang haus akan ilmu dan menjadikan kita semua semakin dekat dan taqarrub kepada-Nya. Amin.

* Penulis adalah Mahasiswa S2 Islamic Banking, Finance, and Management di Markfield Institute of Higher Education (MIHE), Markfield, Leicestershire, Inggris.

http://arifperdana.wordpress.com/2007/11/22/kontribusi-ilmuwan-muslim-terhadap-ilmu-ekonomi/

Posted in Wawasan | Tagged: , | Leave a Comment »

Penyebab Resesi Dunia atau Krisis Ekonomi Global

Posted by WD on October 10, 2008



Sesudah perang dunia kedua dapat dilihat badan-badan perbankan memainkan peranan aktif dalam perekonomian dunia, walaupun masing-masing negara menjalankan sistim ekonomi yang berlainan. Setiap bangsa bekerja untuk pembangunan dan kemajuan hingga usaha perbankan mendapat pasaran yang menguntungkan.

“… Kemajuan pembangunan yang dicapai 20 tahun terakhir ini ternyata belum memenuhi harapan. Dalam laporan Bank Dunia 1978 diperhitungkan bahwa tahun 2000 jumlah manusia yang berada di bawah kemiskinan adalah 600 juta, meskipun ada resolusi PBB untuk pembangunan menyeluruh mengangkat orang dari kemiskinan absolut. Apa artinya? Artinya ialah segala teori pembangunan ekonomi yang ada tidak dapat menyelamatkan masalah kemiskinan absolut tersebut. Teori-teori pembangunan dari ideologi komunis, kapitalis, dan sosialis sendiri ternyata tidak dapat mengatur dirinya sendiri.

Para negarawan dan teknoratnya tidak mampu melahirkan stabilitas sistem moneter nasionalnya.

Tidak ada teori yang jelas dalam mengatur pembangunannya, seolah-olah teori mengalami kemacetan dalam praktek. Di sinilah tampak kebangkrutan ideologi-ideologi besar. Teori-teori yang tidak bisa menyelamatkan persoalan di atas merupakan tantangan.

Tantangan bagi teori-teori pembangunan, tetapi harus bersandar pada berbagai ketentuan agama. Sistim perekonomian yang berlaku kini tidak mempan untuk pembangunan walaupun sudah berbentuk ekonomi bersama yang dilaksakan negara, kecuali dalam demokrasi ketuhanan di mana perekonomian didasarkan dan dilaksanakan atas hukum yang terkandung dalam Alquran.

Kenapa segala macam teori ekonomi dunia telah macet dalam prakteknya hingga tidak mampu mengatur stabilitas moneter nasional sendiri? Jawabnya yang paling tepat ialah karena ekonomi dunia itu, di masing-masing negara, telah dipengaruhi perbankan dan perasuransian. Kedua macam usaha ini sangat ditantang hukum Islam karena motifnya yang sangat berbahaya yaitu pemerasan legal berbentuk rente atau bunga uang dari sejumlah yang dipinjamkan.

Bank adalah lapangan pencaharian bagi para ahli ekonomi untuk mendapat untung dari keadaan umumnya yang berlaku antara produsen dan konsumen, secara sah menurut hukum  … >> Selengkapnya …. Download

Posted in Mentor Islam, Uncategorized | Tagged: , , , | 4 Comments »

Global Financial Crisis: Global Stock Market Ambruk

Posted by WD on October 8, 2008


Krisis keuangan Amerika kini confirmed telah meluas menjadi krisis keuangan global. Program bailout sebesar USD 700 billion tidak bermakna apa-apa. Program itu gagal meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar pada upaya stabilisasi. Hal ini juga merupakan sinyal yang sangat jelas bahwa krisis belum mencapai dasarnya (bottom), artinya krisis ini belum akan mereda dalam waktu dekat. Beberapa bulan lalu ekonom Amerika ada yang mengatakan bahwa krisis keuangan Amerika akan mengantarkan perekonomian Amerika pada situasi resesi atau bahkan depresi yang diikuti oleh kondisi hiperinflasi seperti yang pernah dialami jerman sebelum perang dunia kedua. Dan sepertinya perkiraan itu sangat terbuka kemungkinannya dengan perkembangan perekonomian Amerika saat ini.

Tanda-tanda kekacauan keuangan dunia mulai membayangi ketika pada hari pertama pekan ini semua pasar modal di Amerika, Eropa, asia dan beberapa emerging market countries di Amerika Selatan rontok, dimana kejatuhan pasar mencatatkan rekor yang fantastis. Dow Jones sebagai episentrum pasar modal dunia jatuh mencapai 800,06 poin, meskipun kemudian ditutup dengan kejatuhan akhir 350 poin. Namun angka indeks Dow Jones menunjukkan angka terburuknya dalam 4 tahun terakhir yaitu berada di bawah angka 10.000.

Sementara itu di Eropa, pasar modal London mencatat rekor kejatuhan terburuk dalam sehari yang mencapai penurunan 8%. Sedangkan german dan Prancis masing-masing ditampar dengan kejatuhan pasar modal sebesar 7% dan 9%. Pasar modal Emerging market seperti Rusia, Argentina dan Brazil juga mengalami keterpurukan yang sangat buruk yaitu 15%, 11% dan 15%.
Pada tingkat kebijakan Jerman melakukan “u-turn” setelah bersama pemimpin Eropa lainnya menyepakati tidak akan mengikuti style Amerika yang melakukan bailout terhadap industry keuangannya yang jatuh. Jerman terkesan “berkhianat” terhadap kesepakatan itu dengan melakukan bailout terhadap perusahaan mortgage terbesar kedua-nya yaitu Hypo Real Estate sebesar € 50 billion. Di Prancis sendiri BNP Paribas berkomitmen untuk mengambil 75% stake salah satu bank bermasalah Eropa yaitu Bank Fortis NV.

Sedangkan Swedia dan Denmark mengikuti langkah Irlandia dan Inggris untuk meningkatkan jumlah saver’s deposits yang dijamin oleh pemerintah, yang notabene merupakan style Amerika dalam menanggulangi krisis keuangannya. Peningkatan jumlah simpanan yang dijamin pemerintah Amerika dari USD 100,000 menjadi USD 250,000 merupakan salah satu klausul yang direvisi dari program bailout USD 700 billion. Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan yang dilakukan oleh Negara-negara Eropa tersebut rapuh, bahkan kondisi perbedaan kebijakan yang diambil masing-masing otoritas menimbulkan rasa saling tidak percaya diantara pemimpin Eropa menyikapi keterpurukan industry keuangan mereka.

Bagaimana dengan Asia? Bahwa krisis sudah menjalar dan menjadi cancer di Eropa itu sudah sangat jelas terlihat, tetapi sangat besar kemungkinan cancer krisis keuangan tersebut merambat ke pasar Asia. Mengikuti kecenderungan global pasar Asia juga mengalami “tamparan yang sama, Jepang turun 4,25%, Korea 4,3%, Hong Kong 5% dan Australia 3,4%. Sementara di Indonesia IHSG pada senin (6 Sept 2008) kemarin terjun bebas 10,03%.
Dengan fakta ini jelas sekali bahwa drama krisis keuangan memasuki tingkat keterpurukan yang lebih dalam, yaitu berubahnya infeksi pada pasar diluar US menjadi krisis keuangan sesungguhnya di pasar-pasar keuangan global.

Berdasarkan perspektif ekonomi Islam, seberapa buruk krisis ini menghancurkan perekonomian sebuah Negara, tergantung pada struktur ekonominya masing-masing, khususnya sejauh mana perkembangan dua sektoral besar ekonomi, yaitu keuangan dan riil. Dikotomi keduanyalah yang menjadi awal indikasi krisis keuangan akan selalu menerpa perekonomian. Semakin besar industry keuangan menyedot uang beredar dan meninggalkan sector riilnya pada kondisi yang minimum, maka diyakini perekonomian tersebut akan merasakan krisis keuangan lebih besar.

Menyikapi kondisi krisis keuangan ini, ada satu isu yang mungkin ringan namun terlalu berharga untuk dilewatkan yaitu kerancuan menggunakan istilah investor dalam dunia keuangan. Banyak kalangan sudah menisbahkan sesiapa, baik individu maupun unit bisnis, yang “bermain” di pasar keuangan adalah investor. Padahal harus dibedakan siapa genuine investor dan siapa speculator berdasarkan motif mereka terjun di pasar. Karena efek aktifitas investor dan speculator pada akhirnya akan berefek beda terhadap pasar. Investor akan lebih berefek pada pengembangan volume ekonomi yang mendukung pertumbuhan ekonomi, sementara speculator yang menggelembungkan pasar keuangan lebih berpengaruh positif dengan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kondisi perekonomian sebuah Negara, tidak pada perekonomian riilnya.

Kenyataannya prilaku dominan dari pelaku pasar di sector keuangan ini bukanlah berinvestasi dalam definisi genuine-nya. Prilaku yang jelas terlihat adalah aktifitas berspekulasi untuk mencari monetary gain dari pergerakan harga produk-produk keuangan, stocks, bonds dan derivatives. Oleh sebab itu sejak awal saya menekankan penempatan istilah-istilah ekonomi berdasarkan kaidah, definisi, aplikasi dan konsepsi ekonomi yang dianut terlebih dahulu dalam pembangunan ekonomi, khususnya Ekonomi Islam.

http://abiaqsa.blogspot.com/

Posted in Mentor Islam, Suplemen, Uncategorized | Tagged: , , | Leave a Comment »

Mengapa Krisis Keuangan Amerika Berbahaya?

Posted by WD on October 8, 2008


Ulasan berikut ini singkatnya untuk menjawab pertanyaan pada judul diatas;
Mengapa Krisis Keuangan Amerika Berbahaya? Mengapa? Sampai-sampai Bush sendiri mengingatkan para anggota Kongres bahwa jika bailout program tidak disetujui, maka perekonomian Amerika diambang kehancuran. Bukankah krisis itu sepatutnya terisolasi di lingkungan keuangan? Mengapa harus mengancam seluruh system perekonomian?

Runtuhnya system keuangan betul akan menghancurkan perekonomian raksasa Amerika, tak peduli seberapa besar perekonomian itu. Kata kuncinya ada pada gurita credit system di perekonomian Amerika (ingat kasus awal krisis ini, sub-prime mortgage). Aplikasi keuangan; perbankan, mortgage, asuransi, reksadana, pasar modal, pasar komoditi, pasar derivative, berikut dengan baragam variatifnya
produk masing-masing aplikasi telah menghubungkaitkan semua unit usaha di Amerika. Hubungan itu bukan lagi hubungan transaksi dan relasi bisnis tetapi sudah menjelma menjadi hubungan saling bergantung. Sentiment negative pada satu aplikasi keuangan tentu akan memberikan pengaruh pada semua aplikasi.

Prinsip bahwa sejumlah uang pasti akan memberikan keuntungan telah menghantarkan setiap unit bisnis Amerika pada manajemen likuiditas yang membuat mereka memandang industri keuangan sebagai alat; how makemoney more money. Dengan demikian atas alasan pengelolaan likuiditas, pengelolaan risiko dan tentu saja alasan orientasi profit, hampir semua unit bisnis melakukan penempatan di sector keuangan. Bisa dibayangkan berapa jumlah uang beredar yang akhirnya terkonsentrasi dalam sector keuangan. Ketimpangan sector riil dan keuangan menjadi konsekwensi logis.

Sejatinya return yang dijanjikan dalam sector keuangan berhulu pada aktifitas produktif sector riil, seperti misalnya return bagi bank berasal dari margin bunga dan pendapatan jasa yang berasal dari sector riil. Namun apa yang terjadi jika uang beredar yang semakin terkonsentrasi (money whirlpool) dijanjikan bunga
sementara sector riilnya semakin kerdil akibat uang beredar yang menetes ke sector ini semakin menyusut. Rasio volume transaksi keuangan dan riil jika semakin besar, maka akan tiba pada tingkat tertentu yang mengakibatkan ekonomi guncang. Guncang yang pada dasarnya karena margin bunga dan pendapatan jasa
(sector riil) semakin dilampaui oleh kewajibannya di sector keuangan.

Ketika krisis tersebut belangsung kuat dan lama, tentu saja akan mempengaruhi kemampuan produksi unit bisnis yang meletakkan likuiditasnya di lembaga-lembaga keuangan. Ketika lembaga keuangan banyak yang failure, maka nasabah mereka dari kalangan unit bisnis akan terkendala operasionalnya, karena lembaga keuangan tidak mampu melayani kewajibannya menyediakan likuiditas yang cukup, sesuai dengan kesepakatan.Dan program bailout, hakikatnya menambal ketidakmampuan lembaga keuangan.

Banyak ekonom Amerika sendiri menyangsikan apakan program bailout ini mampu mengembalikan performa ekonomi Amerika seperti sedia kala atau bahkan menghentikan laju krisis menuju resesi ekonomi. Meskipun mayoritas ekonom tersebut menyetujui bahwa pemerintah memang tidak memiliki pilihan apapun kecuali menghadang krisis ini dengan bailout. Keyakinan pada satu system yang memang harus dibayar mahal.

abiaqsa.blogspot.com

Posted in Mentor Islam, Suplemen, Uncategorized | Tagged: , , | 1 Comment »

Konsep Ekonomi Ibnu Khaldun

Posted by WD on September 24, 2008


Ibnu Khaldun juga banyak memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi. Tak heran, bila dia juga dijuluki sebagai `Bapak Ekonomi’. Gagas dan pemikiran tentang ekonomi Ibnu Khaldun telah mengilhami sejumlah ekonom terkemuka. Empat abad setelah Ibnu Khaldun berpulang, pemikirannya tentang ekonomi muncul kembali melalui Adam Smith serta David Ricardo.

Setelah itu, Karl Marx serta John Maynard Keynes juga banyak menyerap pemikiran Ibnu Khaldun. Salah satu pengaruh pemikiran Ibnu Khaldun yang diadopsi Karl Marx antara lain, mengenai dialektika yang saling mempengaruhi antara pemikiran dan dasar material. Selain itu, mengenai beberapa cara spesifik variabel ekonomi, khususnya dengan peran tenaga kerja dalam hubungan sosial.

Ibnu Khaldun begitu menghormati tenaga kerja sebagai salah satu dari dasar utama masyarakat dan diskusi tentang profit sebagai nilai yang didapat dari pekerjaan manusia. Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun menggabungkan hablum minallah dan hablum minnanas.

Ia mendefinisikan ekonomi secara sosial sebagai aktivitas ekonomi yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya. Prespektif tersebut digunakan Ibn Khaldun dalam menganalisis nilai pekerja manusia, dalam arti mata pencaharian dan stratifikasi ekonomi sosial. Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa organisasi sosial adalah ‘sesuatu yang diperlukan’ bagi usaha manusia dan keinginannya untuk hidup dan bertahan hidup ‘dengan bantuan makanan’. Untuk mencapai tujuan ini kemampuan individu saja tidaklah cukup.

Dalam Al-Muqqadimah, Ibnu Khaldun juga memberikan keutamaan, bukan eksklusif, posisi faktor ekonomi dalam sejarah. Aktivitas intelektual dari manusia, seni dan ilmu pengetahuan, sikap dan perilaku moralnya, gaya hidup dan selera, standar kehidupan dan adat didefinisikan Ibnu Khaldun melalui derajat atau tingkatan produksi.

Republika

http://www.kebunhikmah.com/article-detail.php?artid=357

Posted in Suplemen | Tagged: , , | Leave a Comment »