“Tidak (sempurna) iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya itu seperti ia mencintai dirinya sendiri”
(HR Bukhari – Muslim)
Ukhuwah (persaudaraan) Islam merupakan salah satu kekuatan yang harus dibangun agar umat Islam mencapai kemenangan dan menegakkan kedaulatannya. Di atas prinsip inilah Rasulullah meyempurnakan shaff barisan kaum muslimin setelah mendasarinya dengan aqidah yang bersih. Maka menciptakan ukhuwah Islamiyah di dalam tubuh umat ini merupakan tujuan yang suci.
Pada hakikatnya ukhuwah Islamiyah merupakan cahaya Robbani (Minhatun Robbaniyyah), nikmat dari Ilahi (Nikmatun Ilahiyah) [QS 3:103], sekaligus bukti kekuatan keimanan (Quwwatun Imaniyah) [QS 49:10] bagi orang-orang yang ikhlas (mukhlish) dan terus-menerus menambah dan memperbaiki imannya
Berdasar pada ketiga hal di atas, sebuah hubungan persaudaraan akan membekas sampai ke hati yang paling dalam. Bahkan akan mewarnai jiwa secara keseluruhan. Itulah yang disebut celupan persaudaraan (ash-Shibgotul ikhowiyah) yang hanya dapat dibangun di atas dasar keimanan yang dalam. Sehingga hubungan persaudaraan dan persahabatan akan terjalin secara benar, jujur, dan ikhlas. Tanpa keterpaksaan apalagi kesungkanan.
Celupan persaudaraan itu mencakup dalam dua aspek: Pertama, sikap atau perilaku yang positif; Kedua, perasaan atau mental yang positif.
Sikap atau perilaku
Beberapa hal yang harus terlihat sebagai hasil celupan ukhuwah dan keimanan di dalam sikap adalah:
· Sikap bersaudara atau menganggap sebagai saudara (Ikhowii)
· Bersikap lembut (‘Athifah)
· Mencintai karena Allah (Mahabbah)
· Menghormati (Ihtirom)
· Menaruh kepercayaan (Tsiqoh)
Perasaan atau mental
Beberapa hal yang harus terlihat sebagai hasil celupan ukhuwah dan keimanan dalam perasaan (hati) adalah:
· Rasa atau keinginan untuk saling menolong (Ta’awun)
· Mendahulukan kepentingan saudaranya (I’tsar)
· Menunjukkan rasa kasih sayang (Rohmah)
· Saling melengkapi kekurangan saudaranya; sinergis (Takaaful)
· Rasa saling memaafkan (Ta’afu)
Semua sikap positif di atas merupakan hal yang lazim dalam keimanan. Artinya persaudaraan (ukhuwah) sebenarnya merupakan konsekuensi sebuah keimanan. Tidak ada persaudaraan (sejati) tanpa keimanan, dan tidak ada keimanan tanpa adanya persaudaraan. Jika kita mendapati suatu persaudaraan yang tidak dilandasi keimanan, maka kita akan mendapati bahwa persaudaraan itu tidak akan membawa kemaslahatan dan manfaat yang saling timbal balik. Sekiranya semua hal di atas (sikap dan perasaan) telah dilaksanakan, maka umat yang beriman akan sangat mudah dipersatukan. Karena pemersatu yang terbaik harus sampai dapat menyatukan hatinya. Tidak ada persatuan hati yang sejati kecuali dilandasi di atas kesamaan iman dan aqidah
Persatuan yang dimaksud di sini adalah terjadinya keterikatan dan keterkaitan hati yang timbal balik diantara saudara. Ikatan hati seperti itu tidak mungkin terjadi bila yang mendasarinya adalah kekuatan materi atau kepentingan lainnya. Ikatan hati hanya akan terwujud dengan kekuatan aqidah dan persaudaraan yang sejati (QS 8:63). Ikatan yang kuat yang berdiri di atas benarnya aqidah inilah yang akan kekal selamanya sampai ke akhirat (QS az-Zukhruf: 67).
Persaudaraan (ukhuwah) yang telah dijelaskan di atas itulah yang hakiki. Persaudaraan, persahabatan dan percintaan yang didasarkan di atas kesamaan dan kepahaman aqidah keislaman (QS 49:10-13).
Jundia